INDUSTRI MUSIC PUNK
Psikolog
brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan
kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian
terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional
(sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat
sesuatu yang baru (seni). Dengan
definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian.
Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu
gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara
idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara
terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan
mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup.
Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya
penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).
Punk
selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap
industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles,
Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock
teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk
lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu
punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan
hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi
aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat. Akibatnya punk dicap sebagai musik
rock and roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk
tampil di acara televisi.
Perusahaan-perusahaan
rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya
hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan
lainnya. Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos"
yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi
berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat
ini mulai mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan media
sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan
sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing. Kegagalan Reaganomic dan kekalahan
Amerika Serikat dalam Perang Vietnam di tahun 1980-an turut memanaskan suhu
dunia punk pada saat itu. Band-band punk gelombang kedua (1980-1984), seperti
Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, MDC
dan Dead Kennedys dari Amerika telah mengubah kaum punk menjadi pemendam jiwa
pemberontak (rebellious thinkers) daripada sekadar pemuja rock n’ roll.
Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band punk gelombang pertama
(1972-1978), antara lain Sex Pistols dan The Clash, dipandang sebagai
satu-satunya pilihan bagi mereka yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap
otoritas negara, masyarakat, maupun industri musik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar